KATA PENGANTAR
Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji
serta syukur kami sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi, atas segala kenikmatan dan
kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju
masa yang penuh dengan kedamaian.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan beberapa pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar -- besarnya kepada Bapak/Ibu Guru yang telah memberikan dukungan dan
moral, serta teman yang telah memberikan saran dan masukan atas penyusunan
Makalah ini.
Adapun Kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah mohon saran dan kritikan dalam memperbaiki makalah ini.
Terima kasih
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebelum agama islam masuk ke
Indonesia, berbagai macam agma dan kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme,
Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indonesia. Islam merupakan agama
terbesar di dunia. Penganutnya terus-menerus mengalami peningkatan dan
perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya.
Rumusan masalah
- Menjelaskan
tentang apa saja teori tentang masuknya agama islam ke Nusantara
- Menjelaskan
tentang bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
- Menjelaskan
tentang bagaimana Fase dan Tahapan Islamisasi
- Menjelaskan
tentang apa saja Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia
Tujuan masalah
- Mengetahui
apa saja teori-teori tentang masuknya agama islam ke Indonesia
- Memahami
bagaimana saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia
- Memahami
fase dan tahapan Islamisasi
- Mengetahui
sebab-sebab Islamisasi cepat berkembang di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Ada empat teori tentang islamisasi awal masuknya Islam
di Indonesia, yaitu Islam bersumber dari Anak Benua India (teori India), teori
Arab, teori Persia, dan Teori China.
Teori India
Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck
Hurgronje, Moquette, dan Fatimi. Dalam teori ini di jelaskan bahwa islam
pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak Benua India sekitar abad
ke-13. Pijnappel mengajukan buktiadanya persamaan mazhab Syaf'i anatara di Anak
Benua dengtan di Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di
Gujarat dan Malabar kemudian membawa islam ke Nusantara. Jadi ia berpendapat
bahwa islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang
langsung dari Arab, melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.[1]
Snouck Hurgronje berpendapat bahwa saat Islam
mempunyai pengaruh yang kuat di kota-kota India Selatan, banyak muslim Dhaka
yang di sana. Mereka inilah yang pertama menyebarkan Islam ke kepulauan Melayu,
kemudian diikuti oleh orang-orang Arab. Ia berpendapat bahwa Islam Nusantara
berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan perdagangan antara
Indonesia dengan India dan adanya inskripsi tetua tentang Islam yang terdapat
di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan anatara Sumatra dan Gujarat.
Snouck Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra Utara, yaitu
mengenai Pasai dalam kisah perjalanan Ibn Battuta, musafir Maroko yang singgah
di daerah pada tahun 1345 M dalam perjalanannya dari Benggala ke Tiongkok
merupakan tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di kepulauan
itu.
Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas
Arnold, Crawfurd, Niemann, dan de Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain
dari Coromandel dan Malabar Islam Nusantara juga berasal dari Arab. Bukti yang
ia ajukan ialah adanya kesamaan mazhab antara di Coromandel dan Malabar dengan
mazhab mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab syafi'i mazhab ini
dibawa oleh para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara. Mereka mempunyai
peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di sampimg
melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama islam
Megnenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari
Arab, Arnold berpendapat bahwa para pedagang Arab membawa Islam kepada saat
mereka menguasai perdagang Barat-Timur[2] sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M.
dapat di duga bahwa mereka juga menyebarkan agama Islam ke Nusantara.
Arnold juga mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan bahwa menjelang
perempat ketiga abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi pemimpin
pemukiman Arab muslim di pesisir barat Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin
campur dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung
dari Arab, meskipun demikian dia juga menegaskan bahwa hubungan bangsa
Melayu-Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur India juga merupakan
faktor penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu masuknya Islam ke
Nusantara, Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad ke-13 M sudah
ada orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam datang
dari Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab yang dianut oleh muslim
Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.
Teori Persia
Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada
abad ke-13 M di Sumatra, yang berpusat di Samudra pasai. Dia mendasarkan
argumennya pada persamaan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Islam
Indonesia dengan budatya yang ada di Persia.
Bukti-bukti persamaan budaya itu antara lain.
Adanya peringatan 10 Muharram atau asyura yang
merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat Syiah Untuk memperingati
hari kematian Husain di Kerbela. Tradisi ini diperingati dengan membuat bubur
syura. Bulan Muharram di Mingkabau disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan
di Sumatra Tengah sebelah barat di sebut dengan bulan tabut. Mereka mengarak
keranda yang di atasnamakan keranda Husain yang di sebut dengan "Keranda
Tabut" untuk dilempar ke sungai.
Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi
Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar.
Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi
pengajian al-Qur-an tingkat awal.
- Bahasa
Iran
Bahasa Arab
- Jabar
-- Zabar
Fathah
- Jer --
Ze-er
Kasrah
- P'es --
Py'es
Dhammah
Disamping itu, mengenai huruf huruf sin yang tidak
bergigi berasal dari persia, sedangkan sin bergigi berasal dari arab.[3]
Adanya persamaan batu nisan yang ada
di makam malik al-shahih (1297 M) di Pasai dengan makam malik Ibrahim (1419 M)
di gresik yang dipesan dari Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh
dari persia yang menganut faham syi'ah dan dari sinilah syiah dibawa ke
indonesia
Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara
bahwa dari timur Tengah/Arab maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad
ke-9 M banyak orang muslim china di kanton dan wilayah China Sekatan lain yang
mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatra. Hal ini terjadi karena pada
masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan wilayah China
Selatan lainnya yang mayoritas penduduknya beragama islam. Mereka berusaha
mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada ke 9 M. Pada abad-abad
berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan adanya bukti-bukti
artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa
kuno, seperti tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola
dunia yang menyerupai setupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada
di masjid-masjid kuno di Jawa sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah
ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur Paciran Lamongan dan lain-lain. Di
samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke 9 M, pada abad ke 8-11 M
sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.
China mempunyainperanan yang besar dalam perkembangan
Islam di Indonesia. Di samping bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan
juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan yang
berperan dalan penyiaran agama islam di Indonesia adalah keturunan China,
misalnmya Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun, sunan Ampel dan
lain-lain.
Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di
Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan
penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara
damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf
permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu
lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri
di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang
Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.
Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal
ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui
saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa
kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara
umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu
mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di
tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat
tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal
mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan
pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.
b. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran
Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan
lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu
yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti
masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran
Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan
wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi.
Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi
dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putriputri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan,
mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan
kerajaan-kerajaan muslim.
c. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting
dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas
pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian
langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf
hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli
tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain.
Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama
Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan
dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
d. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar
dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan
yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat
pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini
diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka
setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari
suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya
untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren
lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan
pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
e. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan,
seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni
bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di
Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh
lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh
masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama
Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan
tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam
proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga
akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan
raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di
Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah
rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
- Fase
dan Tahapan Islamisasi
- Dengan
beberapa perbedaan tentang Islamisasi tersebut, haruslah diupayakan
sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Di antara upaya tersebut adalah
dengan membuat fase-fase atau tahapan tentang Islamisasi di
Indoneia, seperti tahap permulaan kedatangan yang terjadi pada abad ke-7
Masehi.[5] Adapun pada abad ke-13 Masehi dipandang sebagai proses
penyebaran dan terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara. Para pembawa
Islam pada abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi tersebut adalah orang-orang
Muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat dan Bengal). Hal serupa juga
dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita yang mengatakan bahwa sebelum abad ke-13
merupakan tahap proses Islamisasi. Abad ke-13 itu sendiri dipandang
sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam yang
pertama di Indonesia. Sementara itu, Hasan Mu'arif Ambary, berpendapat
berdasarkan data-data arkeologis yang ada, ia membagi fase Islamisasi
Indonesia ke dalam tiga fase, yaitu :
- fase
kehadiran para pedagang Muslim
- fase
terbentuknya kerajaan Islam
- fase
pelembaan Islam.
Dalam fase kehadiran para
pedagangMuslim di Indonesia, Ambary tidak memberi angka yang jelas tentang
permulaan Islam datang ke Indonesia. Walaupun demikian, dapat diduga bahwa fase
tersebut terjadi pada sebelum abad ke-13 M, yaitu abad ke-1 sampai ke-5
Hijriah, atau abad ke-7 sampai ke-11 Masehi. Adapun fase terbentuknya kerajaan
Islam berlansung antara abad ke-13 M sampai abad ke-16 M. Sedangkan masa
pelembagaan Islam terjadisesudah abad-abad tersebut.[6]
- Khusus
Islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis besar membedakan
tiga tahap dalam proses Islamisasi di wilayah ini, yaitu:
- berlangsungnya
Islamisasi di wilayah pantai utara, melalui pelabuhan perdagangan sejak
abad ke-15 memainkan peranan yang makin penting
- merembesnya
Islam kedaerah pedalaman yang secara berangsurangsur memunculkan semacam
kaum berjuis Islam di pedalaman
- terbentuknya
jaringan Islam pedesaan, dengan peran penting yang dimainkan oleh
pesantrendantarekat.
Pada gilirannya, perkembangan semacam ini memungkinkan
bagi kelangsungan struktur yang sudah ada di masa Hindia Belanda sejak abad
ke-19, yaitu makin terbukanya kemunginan bagi rakyat Indonesia untuk naik haji.
Konsekuensinya, Islam di Kepulauan Indonesia-Melayu mendapat akses yang luas
dan langsungdaripusat Islam (Mekkah dan Kairo). Hal yang hampir sama juga
dilakukan oleh Lathiful Khuluq. Menurutnya, minimal ada lima fase penyebaran
Islam kepada masyarakat Jawa (Indonesia). Pertama, Islamisasi yang dilakukan
oleh para pedagang Muslim dari India dan Arabia kepada komunitas masyarakat
biasa di pesisir utara Pulau Jawa. Kedua, Islamisasi yang dilakukan oleh para
ulama yang terkenal dengan sebutan "wali sanga". Ketiga, Islamisasi
di bawah kerajaan Islam Mataram yang berpusat di pedalaman Pulau Jawa, terutama
pada masa Sultan Agung. Keempat, Islamisasi yang diwarnai dengan makin maraknya
gerakan pemurnian Islam yang dibawa ke Nusantara pada abad ke-18. Kelima,
Islamisasi yang ditandai dengan gerakan reformasi yang dilakukan oleh
organisasiorganisasi Islam, seperti Jami'at al-Khair (1901), Sarekat Islam
(1911), Muhammadiyah (1912) dan lainsebagainya.[7] Dengan mengacu pada
fase-fase Islamisasi di Jawa yang dikemukakan oleh Lathiful Khuluq tersebut,
pada fase kedua Islamisasi di Jawa berlangsung dengan cepat. Percepatan
Islamisasi ini, terutama sebagai hasil dari dakwah para wali sebagai perintis
dan penyebar agama Islam di Jawa.
- Para
wali memegang kepemimpinan yang kharismatik. Pada satu pihak, demikian
menurut Sartono, otoritas mereka dapat berbentuk formal sebagai penguasa
politik atau raja; pada pihak lain, terlepas dari pelembagaan politik atau
tidak,mereka memiliki kekuasaan sosial-relegius yang kuat.[8] Pada
umumnya, para ahli berpendapat bahwa Islam di Indonesia disebarluaskan
melalui jalan damai. Tidak ada misi khusus, seperti dalam agama Protestan
dan Katholik dalam menyebarkan Islam di Indonesia, paling tidak pada masa
awal. Namun, perkembangan Islamisasi Indonesia ini sebetulnya menggunakan
tiga metode, yaitu: (1) disebarkan oleh para pedagang Muslim dalam
suasana damai, (2) disebarkan oleh para juru dakwah dan para wali khusus
dari India dan Arab untuk meng-Islamkan penduduk dan meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keimanan mereka, dan (3) disebarkan dengan kekuatan untuk
berperang melawan pemerintahan kafir.[9]
- Metode
terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan Islam berdiri di
Indonesia di mana kadang-kadang Islam disebarkan dari sana ke
kawasan-kawasan lain melalui peperangan. Perlu dijelaskan di sini bahwa teori-teori
yang dikemukakan di atas, pada dasarnya tidak membicarakan masuknya agama
Islam ke setiap pulau di Nusantara. Teori-teori tersebut hanya
menganalisis masuknya agama Islam di Pulau Sumatera, khususnya Aceh, dan
Pulau Jawa. Kedua pulau ini dipandang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan Islam di pulau-pulau lain di Indonesia. Teori apapun
tentang Islamisasi Nusantara-Melayu senantiasa akan dituntut untuk
menjelaskan kenapa proses tersebut berawal dari suatu masa tertentu, dan
bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya. Orang-orang Muslim
dari negeri asing, mungkin sudah menetap di pelabuhanpelabuhan dagang di
Sumatera dan Jawa selama berabad-abad. Namun, baru menjelang akhir abad
ke-13 lah ditemukan adanya jejak orang Islam pribumi.[10] Dalam abad-abad
selanjutnya, Islam secara berangsur-angsur menyebar melampaui daerah
pantai Sumatera dan Semanjung Malaya, ke pantai utara pulau Jawa dan
beberapa pulau penghasil rempahrempah di Indonesia bagian timur. Patut
disayangkan, cara berlangsungnya perpindahan agama ini tidak
terdokumentasikan dengan baik, sehingga banyak menimbulkan spekulasi di
kalangan ilmuan dan kadang-kadang menimbukan perdebatan yang sengit.
Yang pasti, proses tersebut tidak mungkin berjalan menurut pola yang
seragam untuk seluruh wilayah Indonesia yang cukup luas.
Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di
Indonesia Dalam wakltu yang relative cepat,
ternyata agama baru ini dapat diterima denagn baik oleh sebgaian besar
lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja.
Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke 6 H (abad ke 12 M), dan
tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesian yang
ditakuti dan diperhitungkan.
Ada bebrapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat
berkembang di Indonesia. Menurut Dr.Adil Muhiddin Al-Lusi, seorang penulis
sejarah Islam dari Timur Tengah, sdalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi
Syarki Asiyah Al-Hindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
- Faktor
Agama
- Faktor
agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang
memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan
martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas Rohaniwan seperti Brahmana dalam
system kasta yang diajarkan Hindu.
- Faktor
Politik
- Faktor
politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-negara
dan penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara
bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut
mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara
bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai
senjata ampuh untuk emlawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar menmdapt
dukunga kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat di buktikan
hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkiutkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun
kepulauan Indonesia lainnya, denga mudah sekali seluruh kekuatan dan
semangat keislaman itu akan mangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang
dahsyat.
- Faktor
Ekonomis
- Faktor
ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan
jalan laut baik anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui
perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab-Parsi yang merupakan
pendukung utama, karena telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit
sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuahan yang
disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang kelu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan
yang sangat pelik dan panjang, yang didasari pada teori-teori yang beagam pula.
Diterimanya Islam oleh penduduk pribumi, secara bertahap membuat Islam
terintegrasi dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan keseharian penduduk
lokal. Hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai
dari luar dan menjadi bukti akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada
gilirannya telah ikut membentuk komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir
yang pada mulanya sebagai tempat interaksi antara penduduk local dengan bangsa-
bangsa asing, seperti yang disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitudari
Arab, Persia, India dan China. Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing
tersebut adalah adanya pekampungan yang disebut Pakojan (perkampunga
norang-orangArab), Pachinan (perkampungan orang-orang china), Keling
(perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas
pribumi yang telah terintegrasi ke dalam Islam, selanjutnya terlembagakan
secara politis dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di kawasan ini sejak masa
yang palingawal.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/sheonsa/5c76259b12ae9423c775e255/sejarah-masuknya-islam-ke-nusantara?page=all